Qomaruddin khan, seorang guru besar
sejarah Islam universitas karachi, memberi analisis menarik bahwa tujuan
Al Qur-an bukanlah menciptakan sebuah negara, melainkan sebuah
masyarakat. Artinya agama tidak membela sistim pemerintahan atau bentuk
negara seperti apapun ketika hukum bisa mengantarkan pada keadilan,
perekonomian membawa pemerataan kesejahteraan, pendidikan bisa
mencerdaskan kehidupan, dan lain sebagainya. Tiada penjelasan rinci
mengenai bentuk negara memungkinkan Islam untuk mengikuti kemajuan zaman
kondisi dan lingkungan baru.
Nabi
Tidak Mendakwahkan Khilafah
Bahwa realitas perjuangan Nabi Muhammad dalam
menyampaikan risalah kenabian bukanlah untuk tujuan politik kekuasaan,
melainkan pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh sebagaimana misi
kenabian adalah untuk menyehatkan moralitas masyarakat melaului
pendekatan keteladanan sehingga kumpulan individu individu yang bermoral
baik dapat mengejawantahkan struktur kehidupan bermasyarakat yang
memberi kebaikan bagi seluruh alam
Kemunculan Rosululloh sebagai pemimpin tunggal
masyarakat di jazirah arab pada waktu itu adalah bukan karena urusan
politik pemerintahan apalagi kekuasaan melainkan karena kenabian dan
kerosulan beliau. Tiga puluh enam kali peperangan dan tiga puluh delapan
penyerbuan masa dakwah beliau adalah karena terjadinya penindasan dan
pelanggaran terhadap kaum muslimin dalam beribadah, bukan untuk
mewujudkan sistim pemerintahan apalagi khilafah.
Gagasan Khilafah: sebuah politik
berkedok agama
Awalnya istilah
khilafah mengacu pada Al Qur-an surat Al Baqoroh ayat 30 tentang
penciptaan manusia yang disebut kholifah, wakil tuhan di bumi. Dalam
hubungan dengan ayat ayat lain, para ulama menafsirkan, tugas kholifah
ialah memakmurkan kehidupan dimuka bumi, bukan menegakkan khilafah.
Dari sini tampak bahwa secara sistematis golongan
pro khilafah memperjuangkan gagasan khilafah dengan mengeksploitasi teks
teks Al Qur-an dan As Sunnah untuk mendukung gagasannya sembari
mengkampanyekan bahwa sistem sistem yang ada pada saat ini adalah
penyebab kedzoliman, kebrobrokan, dan ketidakbermoralan masyarakat.
Semua keburukan selalu dinisbatkan kepada sistem sistem lain, sedangkan
segala kebaikan selalu dinisbatkan pada gagasan khilafah.
Konsep Khilafah justru akan memecah
belah umat Islam
Dari sudut
pandang yang lain dalam realitas keanekaragaman pemahaman umat Islam
terhadap apa dan bagaiamana syariah, gagasan khilafah juga dapat
diidentifikasi sebagai alat politik untuk memperuncing perselisihan
antar umat. Secara normatif gagasan khilafah memang dieksplorasi sebagai
wahana penyatuan umat Islam yang saat ini. Ketika gagasan khilafah
sudah didukung secara penuh oleh umat Islam, maka akan sampailah pada
fase perpecahan dalam penentuan khilafah sebagaimana sudah mulai terjadi
sejak Rosululloh wafat. Persoalan penting pertama yang mengemuka
setelah wafatnya Rosululloh adalah mencari pengganti kepemimpinan
beliau. Persoalan ini menciptakan perpecahan abadi di kalangan
masyarakat muslim.
Khilafah tidak
menjamin pengayoman di segenap wilayahnya
Golongan pro khilafah indonesia menguraikan secara
ringkas tentang apa itu khilafah, untuk apa, bagaimana
memperjuangkannya. Mereka menyeru umat Islam untuk bergabung bersama
golongannya dalam perjuangan penegakkan kembali khilafah.
Dalam manifesto pro khilafah sangat jelas
dinyatakan jika saat ini ada satu atau lebih mengeri Islam yang menjelma
menjadi sebuah daulah khilafah, yang didalamnya diterapkan sistem
Islam, niscaya negara tersebut akan menjadi titik awal bagi proses
reunifikasi atau penyatuan seluruh dunia islam menuju terwujudnya sebuah
negara yang paling kuat didunia.
Namun sebenarnya itu omong kosong belaka, karena
bukti sejarah mengatakan bahwa daulah khilafah itu tidak secara
menyeluruh memberikan pengayoman kepada segenap wilayah seperti yang
diagung agungkan olehnya.
Menolak sistim Thohut tapi justru
menggunakannya
Fenomena
masyarakat muslim indonesia menyimpan fakta yang sangat menarik. Semakin
islamnya masyarakat ternyata tidak berhubungan lurus dengan kemenangan
islam sebagai gerakan politik. Dengan realitas seperti itu tampaknya
sulit bagi partai islam untuk mendapatkan popular support.
Maka untuk mendongkrak popularitas dan
dukungannya, pro khilafah juga sering melakukan manipulasi data dan
informasi untuk memobilisir dukungan publik terhadap pro khilafah dengan
gagasan khilafahnya.
Data dan
informasi yang menyimpulkan hasil sebaliknya justru didefinisikan
sebagai meningkatnya dukungan publik muslim terhadap khilafah. Mereka
tidak mau mengikuti sistem thoghut padahal dalam masalah ini mereka
justru mempraktekkan sistem yang mereka anggap sebagai thoghut.
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
BalasHapus