Hari Rabu tanggal 29 Juni 2011 M kemarin
bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1432 H ditetapkan sebagai hari libur
nasional memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Dalam kisah Isra'
Mi'raj Nabi Muhammad SAW ini ada beberapa hal yang sangat menarik untuk
direnungkan dan dicermati kembali oleh umat Islam.
Ada ribuan kitab, buku, situs dan blog yang mengisahkan peristiwa
Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW diantaranya dapat kita kutip dari situs
Majelis Ta'lim Dzikrullah Maula 'Aidid (majlisdzikrullahpekojan.org |
Kisah Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw | Selasa, 13 Juli 2010 01:14).
Dalam kisah diatas yang menjadi bahan renungan bagi kita adalah
mengapa Nabi Muhammad SAW 'dioperasi' hatinya kemudian 'diisi' iman,
hikmah, ilmu, yakin, dan sabar ? Padahal saat itu Nabi Muhammad SAW
telah menjadi nabi memasuki tahun ke-12 tentunya mustahil dalam hati
beliau ada sifat tercela dan belum berisi iman, hikmah, ilmu, yakin dan
sabar. Bila hati beliau itu kotor tentunya tidak akan bisa menerima
wahyu dari Allah SWT. Apakah dalam hati beliau itu 'kosong' dari iman,
hikmah, ilmu, yakin dan sabar sehingga perlu 'dioperasi' dan 'diisi'
oleh malaikat Jibril a.s ?
Dalam kisah diatas dijelaskan beliau menerima kewajiban 50 shalat
kemudian atas saran Nabi Musa a.s sehingga berkali-kali Nabi Muhammad
SAW 'naik-turun' untuk usul 'keringanan' shalat kepada Allah SWT.
Mungkinkah hal ini dilakukan oleh beliau ? Nabi Muhammad SAW itu berbudi
pekerti yang agung dan sami'na wa atho'na atau 'aku dengar dan aku
taat'. Walau misalnya kisah ini tercantum dalam kitab hadits shahih
Bukhari dan Muslim, namun bila isinya tidak sesuai dan bertentangan
dengan ayat Al Quran tentunya kita akan menolak hadits tersebut.
Kesimpulan lainnya dari kisah diatas adalah pada saat peristiwa
Isra' Mi'raj itulah turunnya perintah shalat lima waktu. Berarti sebelum
Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad SAW dan umatnya belum melaksanakan shalat
lima waktu karena belum ada perintah dari Allah SWT. Benarkah fakta ini ?
Shalat lima waktu adalah tiangnya agama Islam. Sebenarnya di tahun
pertama kenabian sudah ada perintah shalat wajib yaitu shalat Lail dan
shalat lima waktu. Shalat lima waktu saat itu terdiri atas shalat Isya 2
rakaat, Subuh 2 rakaat, Lohor 2 rakaat, Ashar 2 rakaat dan Maghrib 3
rakaat. Kemudian pada waktu Isra' Mi'raj itu Nabi Muhammad SAW diberi
ketetapan shalat lima waktu, bukan diberi kewajiban shalat lima waktu.
Ketetapan shalat lima waktu adalah wajib, tidak bakal dirubah dan tidak
bakal diganti untuk selama-lamanya. Sedangkan hukum shalat Lail itu
dirubah yang awalnya merupakan shalat wajib kemudian dirubah menjadi
shalat sunat.
Pada tahun 1 hijrah ada perubahan jumlah rakaat shalat lima waktu.
Sebelum hijrah jumlah rakaatnya ada 11 rakaat yaitu shalat Isya 2
rakaat, Subuh 2 rakaat, Dhuhur 2 rakaat, Ashar 2 rakaat dan Maghrib 3
rakaat. Kemudian di tahun 1 hijrah bagi orang yang tidak musafir rincian
jumlah rakaatnya menjadi shalat Isya 4 rakaat, Subuh 2 Rakaat, Dhuhur 4
rakaat, Ashar 4 rakaat dan Maghrib 3 rakaat; sedangkan bagi orang yang
musafir kewajiban shalat lima waktu kembali seperti sebelum hijrah yaitu
shalat Isya 2 rakaat, Subuh 2 rakaat, Dhuhur 2 rakaat, Ashar 2 rakaat
dan Maghrib 3 rakaat.
Dalam Al Quran surat Al Muzzammil yang turun pada tahun pertama
kenabian menjadi bukti bahwa shalat lima waktu telah diperintahkan
kepada Rasulullah SAW dan umat Islam jauh sebelum peristiwa Isra'
Mi'raj. Disamping itu dalam Kitab Jamiush Shaghir jilid I bab huruf Alif
halaman 195, bersabda Rasulullah SAW : "Awalnya
sesuatu yang difardhukan oleh Allah Ta'ala atas umatku ialah shalat
lima (waktu) dan awalnya sesuatu yang dinaikkan dari amal mereka adalah
shalat lima (waktu) dan awalnya sesuatu yang ditanyakan ialah tentang
shalat lima (waktu)".
Namun perbedaan paham dalam masalah ini hendaknya tidak menjadikan
pertentangan yang tajam diantara umat Islam. Perbedaan paham adalah hal
yang wajar. Semua hal hendaknya dikaji, ditelaah dan dicermati dengan
lebih teliti sebelum memutuskan menolak atau menerima pendapat seperti
ini. Bagaimana pendapat Anda ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar